Pascasarjana UNJ Gelar Diskusi Ilmiah “Literasi untuk Mencerdaskan Bangsa”
Nusakini.com--Jakarta--Geliat literasi literasi di bumi Indonesia kian menggelora. Bahkan literasi telah menjadi gerakan nasional. Ditandai adanya beragam inisiatif di masyarakat, seperti gerakan literasi sekolah, pojok literasi, aktivitas budaya literasi, hingga komunitas pegiat literasi. Spiritnya, untuk menghidupkan secara konkret budaya literasi di Indonesia.
Bahkan di tengah gempuran era digital, tingkat literasi bangsa Indonsia kian terpinggirkan. Budaya membaca dianggap sudah hilang, dan tergantikan budaya gawai. Aktivitas membaca masih bak “hutan belantara”, bahkan tradisi menulis pun bisa jadi masih wacana. Literasi, seakan ada yang hilang di dekat kita?
Berangkat dari kepedulian terhadap budaya literasi inilah, Program Doktor Pendidikan Bahasa Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar Diskusi Ilmiah bertajuk “Literasi untuk Mencerdaskan Bangsa” pada Selasa, 25 Juni 2019 di Kampus UNJ Rawamangun dengan menghadirkan Syarifudin Yunus, pegiat literasi yang sekaligus Pendiri TBM Lentera Pustaka. Diskusi ilmiah yang menjadi terobosan Pascasarjana ini dibuka oleh Prof Dr. Ilza Mayuni, Plt. Direktur Pascasarjana UNJ dan penggiat Gerakan Literasi Nasional. Ikut hadir pula Prof. Dr. Endry Boeriswati, Prof. Dr. Zuriyati Koto, Dr. Miftahul Khaira, dan 25 mahasiswa S3-Program Doktor Pascasarjana UNJ.
“Kecakapan dan kajian tentang literasi menjadi suatu keniscayaan untuk dikembangkan di perguruan tinggi untuk menjawab tantangan era revolusi industri 4.0. Literasi tidak hanya terkait kecakapan seseorang dalam memahami dan mengelola informasi atau memanfaatkan teknologi, tetapi juga tentang kecakapan seseorang menjadi warga dunia yang bijak agar mampu hidup berdampingan di tengah masyarakat yang multikultur” ujar Prof. Dr. Ilza Mayuni yang juga mantan Sekretaris Badan Bahasa.
Untuk itu, menurut Ilza Mayuni, tugas perguruan tinggi adalah membekali mahasiswa dengan literasi agar mampu mengatasi berbagai masalah yang kompleks dalam segala situasi dan kondisi. Selain untuk membekali mahasiswa menjadi warga yang mandiri, literasi juga menjadi bidang kajian penting dan menarik yang dapat mengungkap perkembangan literasi di Indonesia dan di belahan dunia lain. Oleh karena itu, pemikiran tentang pentingnya membumikan literasi harus seiring dengan implementasinya di masyarakat.
Menegaskan hal itu, Syarifudin Yunus, alumni UNJ yang juga pegiat literasi TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor berbagi kisah tentang “aksi terjun langsung” dalam membudayakan literasi di masyarakat, khususnya anak-anak usia sekolah. Secara prinsip, budaya literasi seharusnya dimulai dari diri sendiri. Karena literasi merupakan kemampuan atau keterampilan yang bersifat individual. Aktivitas membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah harus melekat dalam aktivitas hidup sehari-hari; literasi dalam praktik bukan teori.
“Semua pihak sepakat literasi adalah aspek penting bagi manusia. Tapi perilaku literasi harus dimulai dari diri sendiri. Karena tidak mungkin tercipta masyarakat yang literat, bila setiap individu enggan berperilaku literatif” ujar Syarifudin Yunus yang sekaligus mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan Unpak Bogor.
Patut disadari, pengabaian terhadap budaya literasi di era revolusi industri saat ini pasti berdampak fatal pada masyarakat. Akibat rendahnya budaya literasi, maka sangat berpotensi tumbuhnya “penyakit sosial” seperti: kebodohanyang tidak berujung, produktivitas manusia yang rendah, angka putus sekolah meningkat, kemiskinan yang meluas, kriminalitas yang meninggi, dan hilangnya sikap bijak terhadap informasi.
Oleh karena itu, literasi sangat pantas tidak lagi hanya sebatas wacana. Ke dpean, literasi harus dikembangkan sebagai model pembudayaan pada masyarakat, di samping melibatkan secara praktis seluruh unsur masyarakat. Pemerintah harus mempu menjadi garda terdepan dalam gerakan literasi untuk meningkatkan taraf kehidupan dan kebudayaan yang berlaku masyarakat.
Diskusi ilmiah tentang literasi untuk mencerdaskan bangsa Program Doktor Pascasarajan UNJ ini tergolong terobosan baru bagi dunia kampus. Agar mahasiswa dapat mengenal realitas implementasi budaya literasi di masyarakat, khususnya yang dikelola taman bacaan seperti TBM Lentera Pustaka. dengan antusiasme pertanyaan dari mahasiswa dalam diskusi ini, setidaknya ada secercah harapan agar kaum intelektual di kampus untuk makin menggemakan tradisi literasi, di samping membangun inisiatif baru program literasi yang lebih berdaya guna. Tujuan untuk menumbuhkan daya kreatif, daya tahan, dan daya saing sebagai ciri masyarakat yang literat.
Patut direnungkan. Bahwa bertambahnya usia atau bertambahnya ilmu bukan berarti kita bisa menjadi manusia yang literat. Karena literasi adalah sesuatu yang harus dijalankan, bukan diabaikan.#BudayaLiterasi #PascasarjanaUNJ (R/Rajendra)